sebuahnovel. emdeel s blog menganalisis novel layar terkembang. kebiasaan adat dan etika novel angkatan 20 30 an mikirbae. mechi angi analisis pesan moral dalam novel laskar. pencuri buku analisis film dan novel perahu kertas. dheovhy s story ♥ unsur instrinsik dan ekstrinsik surat. menganalisis kebahasaan resensi dalam dua karya yang. Berikutcontoh perbandingan dua buah novel angkatan 20-30an. 1. Anak perjaka dijodohkan paksa oleh orangtuanya karena orang tuanya tidak menyetujui gadis pilihan anaknya yang berasal dari keluarga miskin. Anak gadis yang harus menikah dengan lelaki tua untuk menutup hutang orangtuanya kepada lelaki itu. etikanovel angkatan 20 30 an mikirbae. pencuri buku analisis film dan novel perahu kertas. analisis tokoh dan penokohan novel laskar pelangi karya. analisis cerpen ‚ dua malaikat ‚ karya lana azkia. analisis cerpen ‚ dua malaikat ‚ karya lana azkia. emdeel s blog menganalisis novel tak putus dirundung. tentang semua Nah kalau membicarakan novel Angkatan 20 dengan 30-an, ada kemiripan/ persamaannya. Apa saja? Simak penjelasan berikut: a. Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa b. Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan. c. Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia d. Konflik yang dialami para tokoh 2 Novel Angkatan 30-an. Angkatan 30-an (Pujangga Baru) merupakan angkatan yang berani menampilkan perubahan. Perubahan ini tercermin dalam tema-tema yang diangkat tidak lagi terpengaruh oleh budaya dan adat masyarakat lama. Tokoh yang menonjol dalam angkatan ini antara lain, Armin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Ciriyang menonjol pada Angkatan '20 dalam perkembangan kesusastraan Indonesia adalah. a. beraliran romantis idealis serta mementingkan keindahan bahasa b. beraliran realis dengan memperhatikan isi dan nilai estetis c. bertema protes terhadap persoalan-persoalan sosial dan politik d. bertema persatuan dan kesatuan untuk mencapai kemerdekaan . Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari materi pada subbab ini, kamu diharap dapat mengidentifikasi novel angkatan 20-30an dengan baik dan tepat. Indonesia mempunyai banyak peninggalan karya sastra literer dari para sastrawan yang nama mereka abadi hingga kini. Sebagai generasi muda, ada baiknya kita mempelajari warisan tersebut sebagai refleksi akan kehebatan pendahulu kita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam dokumen sosial tersebut tentu ada yang masih relevan dengan kehidupan saat ini. Pada pertemuan ini kita mempelajari novel angkatan 1920-an. Penamaan Angkatan Balai Pustaka terjadi karena karya-karya mereka dimuat dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Adapun ciri pembeda antara novel angkatan 1920-1930 dan novel masa kini bisa dibedakan melalui a. tema yang diangkat, b. tokoh-tokoh yang dikisahkan, c. konflik yang terjadi, d. setting/latar yang ditampilkan, e. pilihan kata, f. gaya bahasa. 3. Menyatakan berulang-ulang; contoh berteriak-teriak, menggaruk-garuk. 4. Menyatakan saling; contoh pukul-memukul, tinju-meninju, tikam-menikam. 5. Menyatakan agak; contoh keabu-abuan, kemerah-merahan. 6. Menyatakan sangat; contoh sekencang-kencangnya, erat-erat, kuat-kuat. 7. Menyatakan himpunan; contoh satu-satu, dua-dua, tiga-tiga. 8. Menyatakan meskipun; contoh Mentah-mentah ia makan juga jambu tersebut. Kata-kata berikut kembangkan dalam sebuah kalimat dan tentukan arti perulangannya! 1. duduk-duduk 6. menulis-nulis 11. hati-hati 2. tidur-tidur 7. centang-perentang 12. kekuning-kuningan 3. huru-hara 8. carut-marut 13. berjalan-jalan 4. leluhur 9. undang-undang 14. tikam-menikam 5. sia-sia 10. tunggang-langgang 15. adik-adik Bacalah petikan novelangkatan 20-an berikut! Pertemuan Jodoh Karya Abdoel Moeis ... ”Oh, suatu pun tak ada yang akan menjadi kuatir. Masa dahulu memang kuranglah amannya di situ, hingga sado-sado pun acapkali ditahan oleh penyamun. Apalagi yang mengendarai kereta api tentu harus menaruh kuatir buat lalu di sana. Tapi sekarang sudah didirikan pos polisi di Jambatan Merah, dengan polisi yang bersenjatakan bolak-balik saja sepanjang jalan itu.” ”Oh, kalau demikian sungguh senang melalui jalan itu malam hari dengan kereta angin. Buat sebentar keluar kita dari keramaian kota, yang penuh dengan auto dan sekalian kendaraan lain, dan sesak pula oleh orang banyak.” ”Nanti kita menyimpang ke Gang Ketapang, melalui Petojo akhirnya bisa sampai pula ke tanah lapangan Gambir.” ”Oh,” kata Corrie dengan mengeluh, ”Jika badanku tidak terikat, ke Tanjung Priok pun aku suka. Jika sehari-harian duduk saja dalam kamar atau di sekolah, maka pelancungan keluar itu seolah-olah mengalirkan darah baru ke dalam tubuh. Otak pun berasa segar.” Dalam beramah-ramahan sampailah mereka ke Jambatan Merah. Sepanjang jalan teranglah cuaca, hingga rasa tak perlulah lentera-lentera jalan dinyalakan. Di Jambatan Merah, Corrie mengajak turun sebentar lalu memandanglah kedua anak muda itu ke sepanjang ”kanaal”, yang pada waktu itu berkilau-kilau warna airnya ditimpa oleh cahaya bulan yang terang-benderang. Di muka mereka terbentanglah padang luas, ditumbuhi oleh semak-semak,berkeliaran beribu-ribu kunang-kunang di situ. ”Sukakah engkau, bila kita melancung pada hari Minggu ke tepi laut di Neiuw Zandvoort, Corrie?” ”Sebenarnya aku sedang menghitung-hitung harimu buat tinggal di Betawi lagi, Hanafi. Alangkah sunyi kehidupanku, bila engkau kembali ke Sumatra Barat. Apakah hari Minggu yang akan datang engkau masih di sini?” ”Ya,Corrie. Kuhitung-hitung sudah lebih dari empat belas hari engkau di Betawi.” ”Sebenarnya, Corrie, tapi aku sudah minta tambah verlof.” ”Oh, apakah engkau belum dinyaakan sembuh oleh dokter? Baik-baik Hanafi, jika engkau bermaksud hendak menerima waris dari anjing gila itu, lebih dari engkau mesti memberi tahu daku!” ”Oh janganlah engkau takut Corrie. Untunglah diriku sudah terpelihara dari penyakit yang hebat itu. Tapi verlofku kuminta tambah, bukan karena penyakit itu.” ”Buat tinggal selama-lamanyadi Kota Betawi, Corrie!” ”Eh? Apakah engkau minta berhenti dari pekerjaanmu di Solok?” ”Belum, alngkah senang hatiku, bila jalan itu sudah terbuka.” ”Aku belum mengerti akan maksudmu, Hanafi?” ”Dengarlah, Corrie. Beberapa hari yang lalu aku sudah minta pindah ke Departemen BB di sini. Kata Chefafeeling, bahwa pindahan dari kantor Gewest ke Departemen itu tidaklah lazim; melainkan menantikan dahulu, apakah aku dapat ditempatkan di sini. Bila ada tempat, apakah aku minta berhenti dari jabatan sekarang, supaya sempat yang berkewajiban akan mengangkat dalam jabatan yang baru itu. Aku sendiri tidak mengerti apa perlunya mengambil jalan sepanjang jalan itu, tapi kata mereka itulah jalan yang lazim.” ”Ah, senang sekali hatiku, bila engkau sampai dapat pindah ke mari, Hanafi! Tapi... eh, ya ... anak istrimu, demikian juga ibumu, tentu kau suruh datang ke mari? Ya, eh, ya itulah yang sebaik-baiknya.” Dengan tidak disengajanya, Corrie sudah mengeluh,menarik napas panjang, lalu memandang kepada air, yang bergulung-gulung dan membuih keluar dari pintu air. Hanafi memandang pula pada permukaan air yang sedang berlaku di bawah kakinya itu, lalu berkata dengan mengeluh pula, ”Kira-kira mereka itu tidak datang ke Betawi,Corrie!” ”Eh?” ”Ya, tidak dapat kuterangkan kepadamu dengan sepatah dua patah kata saja. Tapi maksudku hendak meninggalkan mereka di Solok saja.” ”Tidak boleh jadi, Hanafi. Kewajiban orang yang sudah berumah tangga janganlah kau pandang enteng.” ”Itulah yang sudah aku menyebutnya, Corrie. Di dalam beberapa hari ini timbullah persabungan perasaan dan dalam kalbuku. Tak dapat aku mengatakan bagaimana bimbangnya rasa hatiku!” ”Ya, Hanafi! Aku memang ’anak Padang’, tahulah aku bagaimana kebiasaan orang Melayu terhadap perempuan yang dikawininya. Dengan tidak menaruh sesuatu keberatan, istri itu ditinggalkannya saja di kampung, sedang ia mengembara ke negeri orang, lalu beristri dan beranak pula di tempat pengembaraan itu. Tapi, perbuatan serupa itu bolehlah dilakukan oleh orang kampung yang tidak bersekolah, Hanafi. Engkau sendiri tak boleh berlaku serupa itu, karena perbuatan serupa itu, bagi orang yang serupa engkau, boleh dinamakan kerendahan budi’. Novel berjudul ”Pertemuan Jodoh” tersebut merupakan salah satu karya sastra angkatan 20-an yang disebut pula dengan angkatan Balai Pustaka. Berdasarkan kutipan novel tersebut, terdapat salah satu ciri angkatan 20-an, yaitu bersifat mendidik dan mengajar. Kutipan novel tersebut menggambarkan kebiasaan orang Melayu yang kurang baik, yaitu meninggalkan dan menelantarkan istri dan anak, serta membina keluarga baru di tempat perantauan. Pendidikan yang ingin disampaikan oleh novel tersebut ialah kesetiaan terhadap keluarga. Latihan Bacalah kutipan novel berikut dan kerjakan pelatihan yang menyertainya! Pulang dari Sekolah Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda bernaung di bawah pohon ketapang yang rindang, di muka sekolah Belanda Pasar Ambacang di Padang, seolah-olah mereka hendak memperlindungkan dirinya dari panas yang memancar dari atas dan timbuh dari tanah, bagaikan uap air yang mendidih. Seorang dari anak muda ini ialah anak laki-laki yang umurnya kira-kira 18 tahun. Pakaiannya baju jas tutup putih dan celana pendek hitam, yang terkancing di ujungnya. Sepatunya sepatu hitam tinggi, yang disambung ke atas dengan kaus sutra hitam pula dan diikatkan dengan ikatan kaus getah pada betisnya. Topinya topi rumput putih, yang biasa dipakai bangsa Belanda. Di tangan kirinya ada beberapa kitab dengan sebuah peta bumi dan dengan tangan kanannya dipegangnya sebuah belebas, yang dipukul-pukulkannya ke betisnya. Jika dipandang dari jauh, tentulah akan disangka anak muda ini seorang anak Belanda, yang hendak pulang dari sekolah. Tetapi jika dilihat dari dekat, nyatalah ia bukan bangsa Eropa; karena kulitnya kuning sebagai kulit langsat, rambut dan matanya hitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar dan tinggi nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnya mancung dan mulutnya halus. Badannya sedang, tak gemuk dan tak kurus, tetapi tegap. Pada wajah mukanya yang jernih dan tenang, berbayang, bahwa ia seorang yang lurus, tetapi keras hati, tak mudah dibantah, barang sesuatu maksudnya. Menilik pakaian dan rumah sekolahnya, nyata ia anak yang mampu dan tertib, sopannya menyatakan anak seorang yang berbangsa tinggi. Teman anak muda ini ialah seorang anak perempuan yang umurnya kira-kira 15 tahun. Pakaian gadis ini pun sebagai pakaian anak Belanda juga. Rambutnya yang hitam dan tebal itu dijalinnya dan diikatnya dengan benang sutra, dan diberinya pula berpita hitam di ujungnya. Gaumnya baju nona-nona terbuat dari kain batis, yang berkembang merah jambu. Sepatu dan kausnya, coklat warnanya. Dengan tangan kirinya dipegangnya sebuah batu tulis dan sebuah kotak yang berisi anak batu, pensil, pena, dan lain-lain sebagainya; dan di tangan kanannya adalah sebuah payung sutra kuning muda, yang berbunga dan berpinggir hijau. Alangkah elok parasnya anak perawan ini, tatkala berdiri sedemikian! Seakan- akan dagang yang rawan, yang bercintakan sesuatu, yang tak mudah diperolehnya. Pipinya sebagai pauh dilayang, yang kemerah-merahan warnanya kena bayang baju dan payungnya, bertambah merah rupanya, kena panas matahari. Apabila ia tertawa cekunglah kedua pipinya, menambahkan manis rupanya; istimewa pula karena pada pipi kirinya ada tahi lalat yang hitam. Pandangan matanya tenang dan lembut, sebagai janda baru bangun tidur. Hidungnya mancung, sebagai bunga melur, bibirnya halus, sebagai delima merekah, dan di antara kedua bibir itu kelihatan giginya, rapat berjejer, sebagai dua baris gading yang putih. Dagunya sebagai lebah bergantung, dan pada kedua belah cuping telinganya kelihatan subang perak, yang bermatakan berlian besar, yang memancarkan cahaya air embun. Di lehernya yang jenjang tergantung pada rantai emas yang halus sebuah hati-hati yang bermatakan permata delima. Jika ia minum, seakan-akan terbayangkan air yang diminumnya di dalam kerongkongannya. Suaranya lemah lembut bagai buluh perindu, memberi pilu yang mendengarnya. Dadanya bidang, pingganggnya ramping. Lengannya dilingkari gelang ular-ular, yang bermatakan beberapa butir berlian yang bernyala-nyala sinarnya. Pada jari manis tangan kirinya yang halus itu kelihatan sebentuk cincin mutiara yang besar matanya. Kakinya baik tokohnya dan jalannya lemah gemulai. Menurut bangun tubuh, warna kulit dan perhiasan gadis ini, nyatalah ia bangsa anak negeri di sana; anak orang kaya atau orang yang berpangkat tinggi. Barangsiapa memandangnya, tak dapat tiada akan merasa tertarik oleh sesuatu tali rahasia, yang mengikat hati, dan jika mendengar suaranya, terlalailah daripada sesuatu pekerjaan. Sekalian orang bersangka, anak ini kelak, jika telah sampai umurnya niscaya akan menjadi sekuntum bunga, kembang Kota Padang, yang semerbak baunya sampai ke mana-mana, menjadikan asyik berahi segala kumbang dan rama-rama yang ada di sana. “Apakah sebabnya Pak Ali hari ini terlambat datang? Lupakah ia menjemput kita?” demikianlah tanya anak laki-laki tadi kepada temannya yang perempuan, sambil menoleh ke jalan yang menuju ke pasar Kampung Jawa. “Ya, biasanya sebelum pukul satu ia telah ada di sini. Sekarang, cobalah lihat! Jam di kantor telepon itu sudah hampir setengah dua,” jawab anak perempuan yang di sisinya. “Jangan-jangan ia tertidur karena mengantuk; sebab tadi malam ia minta izin kepada ayahku, pergi menonton komidi kuda. Kalau benar demikian, tentulah kesalahannya ini akan kuadukan kepada ayahku,” kata anak laki-laki itu pula, sebagai marah rupanya. “Ah, jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua bekerja pada ayahmu, melainkan telah bertahun-tahun. Dan di dalam waktu yang sekian lamanya itu belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa. Bagaimanakah rasanya kalau kita sendiri sudah setua itu masih dimarahi juga? Pada sangkaku, tentulah ada alangan apa-apa padanya. Jangan-jangan ia mendapat kecelakaan di tengah jalan. Kasihan orang tua itu! Lebih baik kita berjalan kaki saja perlahan-lahan, pulang ke rumah; barangkali di tengah jalan kita bertemu dengan dia kelak,” kata anak perempuan itu pula seraya membuka payum sutranya dan berjalan perlahan-lahan ke luar pekarangan rumah sekolah. “Ya, tetapi aku lebih suka naik bendi daripada berjalan kaki, pulang ke rumah, sebab aku amat lelah rasanya dan hari amat panas. Lihatlah mukamu telah merah sebagai jambu air, kena panas matahari,” jawab anak laki-laki itu seakan-akan merengut, tetapi diikutinya juga temannya yang perempuan tadi. “Benar hari panas, tetapi tak mengapa. Kaulihat sendiri, aku ada membawa pay- ing yang boleh kita pakai bersama-sama. Merah mukaku ini bukan karena panas semata- mata, melainkan memang sejak dari sekolah sudah merah juga.” “Apa sebabnya? Barangkali engkau dimarahi gurumu,” tanya Sam, demikianlah nama anak laki-laki itu, sambil memandang kepada temannya. “Bukan begitu, Sam, hanya… O, itu Pak Ali datang!” Tiada berapa lama kemudian berhentilah di muka anak muda ini sebuah bendi yang ditarik oleh seekor kuda Batak. Rupanya kuda ini telah lama dipakai karena badannya basah dengan peluh. Di atas benda ini duduk seorang kusir, yang umurnya kira-kira 45 tahun, tetapi badannya masih kukuh. Pada air mukanya nyata kelihatan bahwa ia seorang yang lurus hati dan baik budi, walaupun ia tiada remaja lagi. “Pak Ali, mengapa terlambat datang menjembut kami? Tahukah bahwa sekarang ini sudah setengah dua? Setengah jam lamanya kami harus berdiri di bawah pohon ketapang, sebagai anak ayam ditinggalkan induknya,” kata Sam seakan-akan marah, sambil menghampiri bendi yang telah berhenti itu. “Engku muda, janganlah marah! Bukannya sengaja hamba terlambat. Sebagai biasa, setengah satu telah hamba pasang bendi ini untuk menjemput Engku Muda. Tetapi Engku Penghulu menyuruh hamba pergi sebentar menjemput engku Datuk Meringgih karena ada sesuatu yang hendak dibicarakan. Kebetulan Engku Datuk itu tak ada di tokonya sehingga terpaksa hamba pergi ke Ranah, mencarinya di rumahnya. Itulah sebabnya terlambat hamba datang, jawab kusir tua itu dengan sabar. Sumber Sitti Nurbaya karya Marah Rusli Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan berdiskusi kelompok! 1. Siapa saja tokoh dalam kutipan novel tersebut! 2. Jelaskan setting latar dalam kutipan novel tersebut! 3. Apakah yang mereka gunakan sebagai alat transportasi pulang-pergi ke sekolah? 4. Mengapa Pak Ali terlambat menjemput? 5. Berapa jam mereka menunggu jemputan Ubahlah kata/kelompok kata berikut dengan kata/kelompok kata yang umum digunakan saat ini! 1. Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda, bernaung di bawah pohon ketapang yang rindang. 2. Alangkah elok parasnya anak perawan ini, tatkala berdiri sedemikian. 3. Pandangan matanya tenang dan lembut, sebagai janda baru bangun tidur. 4. Sekalian orang bersangka, anak ini kelak, jika sampai umurnya, niscaya akan menjadi sekuntung bunga. 5. Ah, jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua bekerja pada ayahmu, melainkan bertahun-tahun. Pelajaran 6 Komunikasi 129 Budak itu memegang tangan ibunya, seraya memandang mukanya dengan pandang yang lemah. Ibunya memeluk dan mencium cahaya matanya itu, seraya berkata “Ibu tidak menidakkan pemberian Allah, nafkah kita cukup selamanya, dan Riam lebih daripada permata yang mahal bagi ibu.” Sudah tentu si anak itu kurang mengerti akan ibunya itu. Sebab itu, ia melihat muka ibunya lagi dengan herannya. “Anakku bertanya tadi, apa sebabnya ada orang kaya dan ada pula orang miskin, sedang Tuhan itu menyayangi sekalian yang diadakan-Nya. Apa sebabnya, orang kaya itu kaya, ada. Ibu sudah berkata dahulu, Tuhan itu amat menyayangi manusia itu, bukan?” “Ya, Mak” sahut Mariamin, “Bagus. Allah yang Rahim amat mencintai hambanya. Oleh sebab itu, haruslah manusia itu menaruh sayang kepada sesamanya manusia. Mereka itu harus tolong-menolong. Riam berkata tadi ibu si Batu miskin, kita kaya. Jadi sepatutnya bagi kita menolong mereka itu, itulah kesukaan Allah. Riam pun haruslah mengasihi orang yang papa lagi miskin, dan rajin disuruh Mak mengantarkan makanan ke rumah orang yang serupa itu. Sudahkah mengerti Riam, apa sebabnya orang kaya itu kaya?” “Sudah, yakni akan menolong manusia yang miskin,” sahut si anak yang cerdik itu. “Benar, begitulah kehendak Allah” kata si ibu serta mencium kening anaknya itu berulang-ulang, matanya basah oleh air mata; dalam hatinya berkata, “Mudah-mudahan Allah memeliharakan anakku ini dan memberikan hati yang pengiba bagi dia.” Azab dan Sengsara, 200181-84 Berdasarkan kutipan novel tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel adalah berikut. a. Budaya makan keluarga selalu dilakukan bersama-sama lengkap; ayah, ibu, dan anak. Jika ada sesuatu hal yang di luar kebiasaan terjadi, maka anak diperbolehkan makan terlebih dahulu. Sementara istri harus tetap mengunggu suaminya. Kutipannya sebagai berikut. “Ayah sudah datang, sajikanlah nasi itu Mak, saya pun sudah lapar,” … “Baik, … Panggillah ayahmu, supaya kita bersama-sama makan …” “Ayah belum hendak makan” … “Baiklah anakku dahulu makan, hari sudah tinggi. Ibulah nanti kawan ayahmu makan.” b. Anak harus menurut perintah ibunya. Kutipannya sebagai berikut. “Pekerjaan itu, yakni mengantar-antarkan sedekah ke rumah orang lain, tiadalah paksaan bagi Mariamin …” “Jadi sepatutnya bagi kita menolong mereka itu, itulah kesukaan Allah. Riam pun haruslah mengasihi orang yang papa lagi miskin, dan rajin disuruh Mak mengantarkan makanan ke rumah yang serupa itu.” Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3 130 2. Perasaan dan pola pikir yang digunakan dalam novel sangat sederhana dan sesuai dengan realitas. Hal ini ditunjukkan saat Ibu Mariamin menjelaskan kepada Mariamin tentang mengapa ada orang kaya dan mengapa ada orang miskin. Penjelasan tersebut diungkapkan secara sederhana, bijaksana, dan masuk akal. 3. Keterkaitan isi kutipan novel dengan kehidupan masa kini. a. Kebersamaan dalam keluarga harus dibina sejak anak- anak masih berusia dini. Contoh makan bersama adalah kesempatan keluarga untuk dapat berkumpul bersama. b. Hidup hemat juga harus diterapkan dalam kehidupan keluarga sehingga mampu menjadi teladan bagi si anak. Contoh Ibu Mariamin meneladankan sikap dan perilaku hemat dengan memilih menganyam tikar daripada membelinya di pasar. c. Menanamkan nilai tolong-menolong kepada anak dapat dilakukan dengan cara orang tua memberikan teladan sikap dan perilaku. Contoh Ibu Mariamin sering meminta anaknya mengantarkan makanan ke rumah orang yang miskin. d. Menanamkan nilai-nilai persamaan derajat juga dapat dilakukan sejak anak masih berusia dini. Contoh Mariamin anak orang kaya bersahabat karib dengan Aminuddin anak orang miskin. Dalam mengidentifikasi kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam novel angkatan 20 sampai 30-an, kalian dapat melihat nilai historis yang terdapat dalam kutipan novel tersebut. Selain itu, kalian juga dapat mengidentifikasikannya dari ungkapan peribahasa yang terdapat dalam kutipan novel. Berikut dijelaskan nilai historis dan ungkapan peribahasa yang terdapat dalam kutipan novel Azab dan Sengsara. 1. Nilai historis yang terdapat dalam kutipan novel. Sekolah zaman dulu adalah SR Sekolah Rakyat. Sekolah ini diperuntukkan bagi anak orang kaya, dan anak bangsawan. Berdasarkan catatan sejarah diketahui bahwa pendirian sekolah ini sebagai akibat dijalankannya politik balas budi politik etik pemerintah Belanda sejak tahun 1918. Dengan adanya Sekolah Rakyat ini memberikan kesempatan bagi kalangan pribumi untuk belajar membaca dan menulis. Setelah mereka pandai, kelak akan dijadikan pegawai pemerintah Belanda. Pelajaran 6 Komunikasi 131 2. Ungkapan peribahasa yang terdapat dalam kutipan novel. a. “Hemat pangkal kaya, sia-sia utang tumbuh” artinya kalau hendak kaya harus pandai berhemat, sebab kalau boros tentu terjerumus ke dalam utang. b. “Hendak kaya berdikit-dikit, hendak mulia bertabur urai” artinya kalau ingin kaya, harus pandai berhemat; kalau ingin jadi orang terpandang wajib suka berdana. c. “Hancur badan di kandung tanah, budi baik dike- nang jua” artinya budi bahasa yang baik takkan mudah dilupakan orang. d. “Alang berjawat, tepuk berbalas” artinya baik dibalas dengan baik, jahat dibalas dengan jahat. e. “Kecil teranja-anja, besar terbawa-bawa” artinya apabila selagi kecil dimanjakan, sudah besar akan bermanja-manja. f. “Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga” artinya sifat anak tak jauh dari sifat orang tuanya. g. “Di mana ranting dipatah, di situ air disauk” artinya hendaklah kita menurut adat-istiadat negeri tempat kita tinggal. h. “Guru makan berdiri, murid makan berlari” artinya kelakuan guruorang tua selalu diturut muridanaknya. i. “Tuntut ilmu dari ayunan sampai ke liang kubur” artinya belajarlah selalu sejak muda sampai tua. Uji Kemampuan 3 Guna meningkatkan kemampuanmu terhadap materi mengidentifikasi novel angkatan 20-30-an, bacalah kutipan novel berikut dengan cermat Maka menyerahlah Midun belajar silat oleh ayahnya kepada Pendekar Sutan. Karena Pak Midun seorang yang tahu dan arif, tiadalah ditinggalkannya syarat-syarat aturan berguru, meskipun tempat anaknya berguru itu adik sebapak dia. Pendekar Sutan dipersinggah dibawa, dijamu oleh Pak Midun dengan makan-minum, maka diketengahkannyalah oleh Pak Midun syarat- syarat berguru ilmu silat, sebagaimana yang sudah di Minangkabau. Syarat berguru silat itu adalah; beras sesukat, kain putih sekabung, besi sekerat pisau sebuah, uang serupiah, penjahit jarum tujuh, dan sirih pinang selengkapnya. Segala barang-barang itu sebenarnya kiasan saja semuanya. Arti dan wujudnya Beras sesukat, gunanya akan dimakan guru, selama mengajari anak muda yang hendak belajar itu, seolah-olah mengatakan; perlukanlah mengajarnya, janganlah dilalaikan sebab hendak mencari penghidupan lain. Kain putih sekabung, “alas tobat” namanya; maksudnya dengan segala putih hati dan tulus anak muda itu menerima pengajaran; samalah dengan kain itu putih dan bersih hati anak muda itu menerima barang apa yang diajarkan guru. Ia akan Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3 132 menurut suruh dan menghentikan tegah. Dan lagi mujur tak boleh diraih, malang tak boleh ditolak, kalau sekiranya ia kena pisau atau apa saja sedang belajar, kain itulah akan kafannya kalau ia mati. Besi sekerat pisau sebuah itu maksudnya, seperti senjata itulah tajamnya pengajaran yang diterimanya dan lagi janganlah ia dikenai senjata, apabila telah tamat pengajarannya. Uang serupiah, ialah untuk pembeli tembakau yang diisap guru waktu melepaskan lelah dalam mengajar anak muda itu. Hampir searti dengan beras sesukat tadi. Penjahit tujuh, artinya sepekan tujuh hari hendaklah guru itu terus mengajarnya, dengan pengajaran yang tajam seperti jarum itu. Dan meski tujuh macamnya mara bahaya yang tajam-tajam menimpa dia, mudah-mudahan terelakkan olehnya, berkat pengajaran guru itu. Pengajaran guru itu menjadi darah daging hendaknya kepadanya, jangan ada yang menghalangi, terus saja seperti jarum yang dijahitkan. Sirih pinang selengkapnya, artinya ialah akan dikunyah guru waktu ia menghentikan lelah tiap-tiap sesudah mengajar anak muda itu, dan lagi sirih pinang itu telah menjadi adat yang biasa di tanah Minangkabau. Sengsara Membawa Nikmat, Tulis Sutan Sati TAGIHAN 1. Carilah novel Indonesia terbitan tahun 1920 sampai 1930-an 2. Bacalah sebuah novel yang menurutmu menarik 3. Buatlah rangkuman singkat tentang isi novel tersebut 4. Temukanlah kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam novel tersebut 5. Jelaskanlah keterkaitan isi novel tersebut dengan kehidupan nyata sekarang Kerjakanlah sesuai dengan perintah 1. Temukanlah kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel tersebut 2. Jelaskanlah keterkaitan isi kutipan novel tersebut dengan kehidupan nyata sekarang D. Menulis Karya Tulis Ilmiah Karya tulis merupakah bentuk karangan yang mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan penulisnya dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karya tulis yang digolongkan sebagai karya ilmiah merupakan karangan yang didasarkan pada kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah dalam hal ini dapat berupa penelitian lapangan, percobaan laboratorium, atau telaah buku. Sebuah tulisan disebut karya tulis ilmiah apabila mengandung usnur-unsur berikut. 1. Didasarkan pada fakta dan data. 2. Disajikan secara objektif atau apa adanya. 3. Menggunakan bahasa yang lugas dan jelas. Tujuan Pembelajaran Tujuan belajar kalian adalah dapat mem- buat karya tulis ilmiah sederhana berdasarkan berbagai sumber. Pelajaran 6 Komunikasi 133 Kemampuan membuat karya tulis ilmiah sangat kalian perlukan dalam proses pembelajaran. Selain itu, karya tulis ilmiah yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi diri kalian sendiri dan masyarakat umumnya. Sumber informasi yang digunakan dalam sebuah karya tulis ilmiah, baik berupa teori, pendapat, atau kutipan lain, harus diungkapkan dengan jelas dan dicantumkan sumber pengambilan tersebut. Sumber tulisan dapat ditulis secara langsung setelah kutipan atau diletakkan di dalam bagian daftar pustaka. Sebelum berlatih membuat karya tulis ilmiah sederhana yang didasarkan dari berbagai sumber tertulis, perhatikan contoh karya tulis ilmiah di bawah beserta penjelasannya. Informasi beserta sumber informasi – Internet adalah sebuah jaringan multimedia yang pengopera- siannya memerlukan seperangkat komputer, modem, dan jaringan telepon atau satelit. – Dengan hanya berbekal sampai dengan untuk setiap jam di warung internet warnet, kita memperoleh banyak data yang kita perlukan baik untuk penulisan artikel maupun penelitian. “Berinternet Gratis dengan JUICE” dalam Suara Merdeka, 30 Agustus 2004. Berdasarkan informasi dan sumber informasi di atas, kalian dapat menyusun sebuah tulisan ilmiah sederhana seperti contoh berikut. Ingin Tahu? Sistematika penulisan ilmiah. 1. Pendahuluan. 2. Permasalahan. 3. Pembahasan. 4. Penutup kesimpulan dan saran. 5. Daftar pustaka. Langkah-langkah menulis karya tulis ilmiah. 1. Menentukan topik yang akan dibahas. 2. Menentukan tujuan pembahasan. 3. Mengumpulkan bahan. 4. Membuat kerangka tulisan. 5. Menyusun kerangka tulisan menjadi karya tulis ilmiah yang utuh dan lengkap. Pemanfaatan Internet I. Pendahuluan Berkembangnya teknologi informa- tika telah membuka wawasan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Betapa tidak, berbagai sumber informasi yang kita perlukan kini tersedia di depan mata. Maka, tidaklah mengherankan jika ada yang menyatakan siapa yang menguasai teknologi, dialah yang memainkan peranan penting di kemudian hari. Keterbukaan akses internet membuka peluang besar bagi dunia pendidikan untuk terus meningkatkan mutunya. Dengan demikian, dituntut peran serta semua civitas akademik mulai guru, siswa, orang tua siswa, dan pemerintah untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia melalui media internet. II. Permasalahan Bagaimana pola pemanfaatan me- dia internet yang ideal bagi dunia pendidikan? III. Pembahasan Pengertian internet Internet adalah sebuah jaringan multimedia yang pengoperasiannya memerlukan seperangkat komputer, mo- dem, dan jaringan telepon atau satelit. Internet merupakan salah satu jendela kita untuk dapat mengetahui berbagai perkembangan dunia ilmu pengetahuan di dunia luar. Prosedur pencarian data di internet Cukup hanya memasukkan kata kunci dari data yang kita perlukan, secara otomatis jaringan internet akan mencari dan menampilkan data-data yang kita Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3 134 perlukan. Dengan hanya berbekal sampai dengan untuk setiap jam di warung internet warnet, kita memperoleh banyak data yang kita perlukan baik untuk penulisan artikel maupun penelitian. IV. Penutup Kesimpulan 1. Teknologi internet merupakan perkembangan yang harus diikuti oleh setiap civitas akademik, sehingga kehadirannya mampu memberikan nilai tambah bagi dunia pendidikan. 2. Perlu kesadaran semua pihak bahwa penerapan teknologi multimedia dalam dunia pendidikan penting untuk segera dilakukan sehingga terbentuk sebuah komunitas atau jaringan belajar yang interaktif. 3. Dengan berhasilnya pemanfaatan internet, diharapkan dapat menunjang kreativitas remaja dalam dunia penulisan ilmiah. Saran Mengingat pemanfaatan internet masih memerlukan biaya yang tidak sedikit, alangkah baiknya jika pihak sekolah untuk sementara waktu ini memanfaatkan akses internet yang berlangganan. Di tahun 2008, teknologi internet akan lebih mudah dan gratis dengan cara bergabung dalam komunitas JUICE, karena komunitas JUICE mempunyai program khusus yang hanya memanfaatkan line telepon tanpa menggunakan pulsa. V. Daftar Pustaka Junaedi, Fajar. 2004. “Berinternet Gratis dengan JUICE” dalam Suara Merdeka. Semarang Suara Merdeka, 30 Agustus 2004. http Contoh karya tulis di atas menggunakan format ilmiah, yaitu dengan menggunakan bahasa baku dan sistematika ilmiah. Berdasarkan daftar pustaka, dapat kalian lihat bahwa karya tulis tersebut menggunakan dua sumber, yaitu dari media massa dan internet. Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dalam membuat karya tulis adalah berikut. 1. Tentukan objek yang akan dikaji. 2. Tentukan permasalahan yang akan dibahas dari objek kajian. 3. Kumpulkan sumber-sumber bacaan pendukung baik berupa informasi maupun teori. 4. Analisislah objek kajian dengan mengulas permasalahan yang dikemukakan. 5. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil analisis. 6. Tulislah sumber bacaan dan lainnya dalam daftar pustaka. Dalam penulisan karya ilmiah atau karya tulis, diperlukan sumber kepustakaan atau daftar pustaka. Daftar pustaka merupakan sumber rujukan atau sumber bacaan sebagai sarana penunjang dalam proses penulisan karangan. Kumpulan sumber bacaan tersebut disusun secara sistematis berdasarkan abjad pengarang dan judul atau secara berurutan. Unsur-unsur informasi kepustakaan yang diutamakan dalam daftar pustaka adalah berikut. TAGIHAN Susunlah sebuah karya tulis dengan topik bebas Buatlah catatan pustaka dan daftar pustaka yang merujuk pada sumber- sumber referensi yang kamu gunakan Diantara kamu pernah membaca novel. novel yang akan kita bahas kali ini adlaah novel Angkata 20-an dan 30-an. Novelnovel apa saja yang termasuk Angkatan 20-an? Dan novel apa saja yang termasuk Angkatan 30-an? Mari kita pelajari bersama. 1. Novel Angkatan 20-an Pernahkah kamu membaca novel-novel Angkatan 20-an? Angkatan 20-an sering disebut dengan Angkatan Balai Pustaka. Disebut dengan Angkatan Balai Pustaka karena Balai Pustaka adalah satu-satunya penerbit yang berperan dan berdiri pada pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1917. Karya sastra yang dihasilkan umumnya berupa roman dan novel. Karya-karya tersebut masih terpengaruh unsur-unsur sastra lama yang menjadi latar cerita. Unsur-unsur tersebut antara lain adat, kebiasaan, etika, dan bahasa. Contoh-contoh karya sastra lama Angkatan 20-an Novel Azab dan Sengsara a. Sitti Nurbaya, karya Marah Rusli, b. Sengsara Membawa Nikmat, karya Tulis Sutan Sati, c. Salah Asuhan, karya Abdul Muis, d. Azab dan Sengsara, karya Merari Siregar, e. dan sebagainya. 2. Novel Angkatan 30-an Angkatan 30-an Pujangga Baru merupakan angkatan yang berani menampilkan perubahan. Perubahan ini tercermin dalam tema-tema yang diangkat tidak lagi terpengaruh oleh budaya dan adat masyarakat lama. Tokoh yang menonjol dalam angkatan ini antara lain, Armin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastra yang menonjol pada saat itu adalah novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Contoh-contoh karya sastra Angkatan 30-an a. Anak Perawan di Sarang Penyamun karya Sutan Takdir Ali syahbana, b. Belenggu, karya Armin Pane, c. Dijemput Mamaknya, karya Hamka, d. I Swasta Setahun di Bedahulu, karya Pandji Trisna, e. Percobaan Setia, karya Suman 3. Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel Angkatan 20 dan 30-an a. Adat Adat adalah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/ dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai hukum tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan menentukan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi adat yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, jika ada tokoh yang menentang atau tidak taat adat biasanya akan dijauhi atau dihukum sesuai adat yang berlaku. b. Kebiasaan Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang turun-temurun dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita. c. Etika Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau perilaku yang terpengaruh oleh adat dan kebiasaan. d. Bahasa Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an. Ciri-ciri Novel Angkatan 20/30-an MATERI LATIHAN KELAS 9A DAN 9B Ciri-cirinya a. Pleonasme menggunakan kata-kata yang berlebihan b. Bahasa terkesan kaku dan statis c. Bahasanya sangat santun Sekarang cobalah tentukan ciri dari kutipan beberapa novel berikut ini! Kutipan 1 . . . . dan ia hendak terus berlari-lari sekali kepada saudara-saudaranya memperagakan cokelat yang diperolehnya itu, . . . . Kutipan 2 “Suparno manis betul, bukan? Nanti Tante beri coklat.” . . . . Kutipan 3 Seraya menunjuk kepadanya, lahir dari kalbunya yang jernih itu ucapan yang tiada dibuat-buat, “Om No!” Kutipan 4 Suatu hari ketika matahari hendak masuk ke peraduannya, hawa panas bertukar mejadi agak sejuk, dan angin lemah lembut bertiup sepai-sepoi. Pohon kenari yang besar-besar dan tinggi kanan kiri jalan menggerakkan ranting dan daun-daunnya, udara pada waktu itu sedap dan nyaman rasanya. Kutipan 5 Di muka rumah tersebut di atas, berdiri seorang perempuan. Mukanya asam saja, tiada sabar rupanya. Kutipan 6 Perempuan itu ke luar membawa uang. Sebelum menguncikan pintu ia memandang dulu kepada anak yang sedang menangis itu, dengan membeliakkan mata, sambil berkata, “Tutup mulut! Kalau tidak . . . .” Kutipan 7 . . . berteriaklah ia minta tolong serta berkutat, hendak melepaskan diri dari tangan penjahat itu. Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink. 0% found this document useful 0 votes7K views8 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes7K views8 pagesKumpulan Judul Novel Angkatan 20-30anJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

kutipan novel angkatan 20 30an