Selainsebagai pejuang, Kiai Mustaqim juga dikenal sebagai mursyid dari Tarekat Syadziliyah. Ia memperoleh ijazahnya dari Syekh Abdurrazaq Tremas, adik dari Syekh Mahfudz Tremas. Silsilah tarekat tersebut jika ditarik ke atas setelah Syekh Abdurrazaq bin Abdillah Tremas adalah Syekh Ngadirejo Solo, kemudian Syekh Ahmad Nahrowi Muhatarom al-Jawi
SejarahTarekat: Pertumbuhan dan Penyebaran di Dunia Islam (UUM Press) Mohd Faizal Harun 2018-01-01 Buku ini merupakan sebuah karya yang membicarakan sejarah tarekat dunia Islam. Lantaran itu, karya ini sesuai dibaca oleh khalayak umum yang ingin mengetahui persoalan tarekat dan lingkungan yang melingkarinya. Perbahasan yang dituangkan
DipostingOleh :PONDOK PESANTREN MANBAUL HUDA TRENGGALEKFACEBOOK : Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori
Diskon4% Untuk Pembelian Produk Suluk Santri Tarekat Ajaran Tarekat Syadziliyah Pondok PETA Tulungagung di Lapak Uzie Bookstore. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak.
Hidayahal-Balighah, kitab fiqh yang isimya mengenai pembuktian dalam peradilan, kesaksian, dan sumpah. 'Umdat al Muhtajin ila suluk maslak al-Mufridin, kitab tasawuf yang isinya terdiri atas tujuh bab. Di akhir kitab ini Abdul Rauf menguraikan silsilah tarekat Syattariyah sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
MenarikSULUK SANTRI TAREKAT AJARAN SYADZILIYAH PETA TULUNGAGUNG di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
. Khalidiyah. Tarekat-tarekat inilah antara lain yang banyak berkembang di Jawa. Dari beberapa penjelasan tentang definisi tarekat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tarekat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan tujuan untuk wushul sampai kepada-Nya. 2. Sejarah Tarekat Syadziliyah Nama pendirinya yaitu Abu Hasan Ali Asy-Syadzili, yang dalam sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Hasan anak Ali bin Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari Siti Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad saw. Ia lahir di Amman, salah satu desa kecil, di Afrika, dekat desa Mensiyah, dimana hidup seorang wali sufi Abdul Abbas Al-Marsi, seorang yang tidak asing lagi namanya dalam dunia tasawuf, kedua desa itu terletak didaerah Maghribi. Syadzili lahir kira-kira dalam tahun 573 H. Orang yang pernah bertemu dengan dia menerangkan, bahwa Syadzili mempunyai perawakan badan yang menarik, bentuk muka yang menunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta badannya agak panjang dengan bentuk mukanya yang agak memanjang pula, jari-jari langsing seakan- akan jari-jari orang Hijaz. Menurut Ibn Sibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang yang penuh dengan rahasia-rahasia hidup. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Abul’Aza’im, ringan lidahnya, enak didengar ucapan-ucapannya, sehingga kalau ia berbicara, pembicaraannya itu mempunyai pengertian yang dalam. 28 28 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat. Jakarta CV. Ramadhani, 1986, hal. 305 Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili adalah salah satu tokoh sufi abad ke tujuh Hiriyah yang menempuh jalur tasawuf searah dengan al-Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada al- Qur’an dan al-Sunnah, mengarah pada asketisisme, pelurusan jiwa dan pembinaan moral. Menurut al-Syadzili, zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia, karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan al-Syadzili sehingga tidak ada larangan bagi seorang salik untuk menjadi konglomerat, asalkan hatinya tidak tergantung pada harta yang dimilikinya. Sejalan dengan itu pula, bahwa seorang salik tidak harus memakai baju lusuh yang tidak berharga, yang akhirnya hanya akan menjatuhkan martabatnya. Walaupun al-Syadzili sebagai mursyid guru tarekat tarekat, diceritakan bahwa beliau adalah orang yang kaya raya secara aterial, tetapi tidak terbesit sedikitpun keinginan didalam hatinya terhadap harta dunia. 29 Syadzili termasuk salah seorang sufi yang luar biasa, seorang tokoh sufi terbesar, yang dipuja dan dipuji di antaranya oleh wali-wali kebatinan dalam kitab-kitabnya, baik karena kepribadiannya maupun karena fikiran dan ajaran- ajarannya. Hampir tidak ada kitab tasawuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan ucapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk mengutarakan sesuatu uraian atau pendirian. Tarekat Syadziliyah memulai keberadaannya di bawah salah satu dinasti al-Muwahhidun, yakni Hafsiyyah di Tunisia. Tarekat ini kemudian berkembang dan tumbuh subur di Mesir dan Timur dekat di bawah kekuasaan 29 M. Saifuddin Zuhri, Tarekat Syadziliyah Dalam Perspektif Perilaku Perubahan Sosial. Yogyakarta Teras, 2011, hal. 6 dinasti Mamluk. Dalam hal ini yang menarik, sebagaimana dicatat oleh Victor Danner dalam Sri Mulyati 30 , bahwa meskipun tarekat ini berkembang pesat di daerah Timur Mesir, namun awal perkembangannya adalah dari Barat Tunisia. Dengan demikian, peran daerah Maghrib dalam kehidupan spiritual tidak sedikit. 31 Sepeninggal al-Syadzili, kepemimpinan tarekat ini diteruskan oleh Abu al- Abbas al-Mursi yang ditunjuk langsung olehal-Syadzili. Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Ali al-Anshari al-Mursi, terlahir di Murcia, spanyol pada 616H-1219M, dan meninggal pada 686H1287M di Alexandria. Di kota kelahirannya itu, juga lahir sufi dan ulama terkenal Ibn al- Arabi dan Ibn Sab’in yang terakhir ini dilahirkan hanya beberapa tahun sebelum al-Mursi. Al- Mursi termasuk murid yang memiliki kualitas spiritual paling tinggi dibandingkan ikhwan-ikhwan yang lainnya. 32 Dari beberapa uraian diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa tarekat Syadziliyah merupakan suatu aliran dalam tarekat yang didirikan oleh Syeikh Abu Hasan Al Asy-Syadzili. Beliau merupakan salah satu tokoh sufi pada abad ke tujuh Hijriyah yang menempuh jalur tasawuf searah dengan al- Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan pada al- Qur’an dan as-Sunnah dimana mengarah pada asketisisme, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral. Tarekat Syadziliyah memulai keberadaannya di bawah salah satu dinasti al- 30 Sri Mulyati. Mengenal Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia . Jakarta Prenada Media, 2004, hal. 65 31 Ibid ., hal. 65 32 Ibid ., hal. 67 Muwahhidun, yakni Hafsiyyah di Tunisia kemudian tumbuh subur di Mesir dan Timur dekat kekuasaan dinasti Mamluk. 3. Silsilah dalam tarekat Syadziliyah
Surabaya, Brebes, Jombang, Madiun, Jabodetabek, Purwakarta, Karawang, Jember, Jepara, dan Kalimantan Timur. 3 4. Silsilah dalam tarekat Syadziliyah di pondok pesulukan tarekat agung PETA Tulungagung Rantai silsilah atau sanad tarekat ini mulai dari Syekh Shalahuddin bin Abdul Djalil sampai kepada Syekh Abul Hasan Asy Syadzili adalah sebagai berikut 1. K. H. Charir Sholahuddin bin Abdul Djalil Mustaqim dari ayahanda beliau, 2. Syekh abdul Djalil bin Mustaqim dari ayahanda beliau, 3. Syekh Mustaqim bin Husain dari, 4. Syekh Abdur Rozaq bin Abdillah at Turmusi dari 5. Syekh Ahmad, Ngadirejo, Solo dari, 6. Sayyidisy Syekh Ahmad Nahrowi Muhtarom al Jawi Tsummal Makky dari, 7. Sayyidisy Syekh Muhammad Sholih al Mufti al Hanafi al Makky dari, 8. Sayyidisy Syekh Muhammad Ali bin Thohir al Watri al Hanafi al Madani dari, 9. Sayyidisy Syekh al Allamah asy Syihab Ahmad Minnatulloh al Adawi asy Syabasi al Azhary al Mishry al Maliky dari, 10. Sayyidisy Syekh Yusuf al Arif Billah Muhammad al Bahiti dari, 11. Sayyidisy Syekh Yusuf asy Syabasi adh Dhoriri dari, 3 Ibid ., hal. 16-18 12. Al Ustad Sayyid Muhammad ibnul Qosim al Iskandary al Ma’ruf ibnus Shobagh dari, 13. Syekh al’Allamah Sayyid Muhammad bin Abdul Baqi’ az Zurqoni al Maliky dari, 14. Sayyidisy Syekh an Nur Ali bin Abdurrohman al Ajhuri al Mishry al Maliky dari, 15. Sayyidisy Syekh al Allamah Nuruddin Ali bin Abi Bakri al Qorofi dari, 16. Syekh al Hafidh al Burhan Jamaluddin Ibrohim bin Ali bin Ahmad al Qurosyi asy Syafi’i al Qolqosyandi dari, 17. Syekh al Allamah asy Syihab Taqiyyuddin Abil Abbas Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar al Muqdisi asy Syahir bil Wasithi dari, 18. Syekh al Allamah Shodruddin Abil Fatkhi Muhammad bin Muhammad bin Ibrohim al Maidumi al Bakry al Mishry dari, 19. Syekh al Quthubuz Zaman Sayyid Abul Abbas Ahmad bin Umar al Anshori al Mursi dari, 20. Quthbul Muhaqqiqin Sulthonil Auliya’is Sayyidinasy Syekh Abil Hasan Ali asy Syadzily. 4 5. Ajaran dan amalan tarekat Syadiliyah di Tulungagung Dalam ajaran dan amalan tarekat Syadziliyah sejatinya tidak jauh berbeda dengan ajaran dan amalan tarekat-tarekat yang ada di Indonesia. Semuanya mengajarkan amalan yang mengarahkan kepada ibadah amaliyah yang bersifat pendekatan diri kepada Allah dengan memperbanyak dzikir 4 Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung. Tulungagung, Jawa Timur Pondok PETA, 2007, dan shalawat. Namun secara detail, pokok-pokok dasar ajaran tarekat Syadziliyah sebagai berikut 1. Taqwa kepada Allah SWT lahir batin, yaitu secara konsisten istiqomah, sabar, dan tabah selalu menjalankan segala perintah Allah SWT serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya dengan berlaku waro’ berhati-hati terhadap semua yang haram, makruh, maupun syubhat, baik ketika sendiri maupun pada saat dihadapan orang lain. 2. Mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW dalam ucapan dan perbuatan, yaitu dengan cara selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa berucap dan beramal seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW, serta selalu waspada agar senantiasa menjalankan budi pekerti luhur akhlaqul karimah. 3. Mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah SWT, yaitu dengan cara tidak memedulikan makhluk dalam kesukaan atau kebencian mereka diiringi dengan kesabaran dan berpasrah diri kepada Allah SWT tawakal. 4. Ridho kepada Allah, baik dalam kekurangan maupun kelebihan, yaitu dengan senantiasa ridho, ikhlas, qana’ah tidak rakus, nrimo ing pandum , dan tawakal dalam menerima pemberian Allah SWT, baik ketika pemberian itu sedikit atau banyak, ringan atau berat, dan sempit atau lapang. 5. Kembali kepada Allah dalam suka maupun duka, yaitu dengan cara secepatnya “berlari” dan kembali kepada Allah SWT dalam segala keadaan, baik dalam suasana suka maupun duka. Kelima pokok ajaran tarekat Syadziliyah di atas, bertumpu pula pada lima pokok berikut 1. Memiliki semangat tinggi, karena dengan semangat yang tinggi, maka akan naik pula tingkatan derajat seseorang. 2. Berhati-hati atau waspada terhadap segala yang haram, karena barang siapa yang meninggalkan yang diharamkan, maka Allah SWT akan menjaga pula kehormatannya. 3. Baik dalam khidmat bakti sebagai hamba, karena barang siapa yang menjaga kebaikan dan kebenaran dalam taatnya kepada Allah SWT, niscaya akan tercapailah tujuannya dalam menuju kebesaran dan kemuliaanNya. 4. Menunaikan segala yang difardhukan, karena barang siapa yang melaksanakan tugas kewajibannya dengan baik, niscaya akan bahagialah hidupnya. 5. Menghargaimenjunjung tinggi nikmat-nikmat dari Allah SWT, karena barang siapa menjunjung tinggi nikmat kemudian mensyukurinya, maka dia akan menerima tambahan-tambahan nikmat yang lebih besar. Selain ajaran-ajaran yang disampaikan, pengikut tarekat Syadziliyah juga dianjurkan untuk melakukan amalan-amalan yang sesuai dengan pokok-pokok ajaran tarekat. 5 B. Temuan Penelitian
sikapperilaku ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta budi pekerti yang luhur. Dalam mencapai tujuan tersebut, pondok PETA melakukan beberapa usaha. Pertama, menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal. Kedua, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan yang menyangkut aspek kehidupan beraqidah, sosial, budaya, pendidikanpengajaran, kesehatan, ekonomi dan lingkungan hidup. Ketiga, menyelenggarakan penertiban dalam rangka penyampaian ide atau gagasan maupun pendapat para ahli tentang berbagai masalah pembangunan. Keempat, menyelenggarakan pusat pelayanan kesejahteraan dan kesehatan bagi masyarakat dengan mendirikan rumah sakit, poli klinik, dan rumah bersalin serta penampungan anak-anak yatim piatu yang terlantar dan masih banyak lagi usaha-usaha yang dilakukan untuk menunjang maksud dan tujuan. 1 2. Sejarah masuknya tarekat Syadziliyah di Tulungagung Tarekat Syadziliyah telah masuk ke Indonesia sejak satu tokoh yaitu Gus Dur, mengatakan bahwa Mbah Panjalu yang merupakan leluhur ulama di tanah Jawa adalah penganut tarekat Walisongo sebagian juga menganut tarekat Syadziliyah, seperti di Pekalongan dan Syadziliyah ini kemudian berkembang pesat di Jawa Timur tepatnya di Tulungagung. Tokoh yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan tarekat Syadziliyah di Tulungagung adalah Syekh 1 Di peroleh dari arsip pondok PETA yang berupa laporan Kuliah Kerja Lapangan Islamologi tentang “Tarekat Syadziliyah di Pesulukan Thoriqot Agung PETA” Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Arab Universitas Indonesia tahun 2013, hal. 49-51 Mustaqim bin Muhammad Husein bin Abdul Djalil. Beliau telah mendirikan pondok bernama PETA, yang hingga saat ini berdiri tegak di jantung kota Tulungagung. Syekh Kyai Mustaqim lahir pada tahun 1901 di desa Nawangan, kecamatan Kras, kabupaten Kediri. Sejak usia anak-anak, beliau bersama ayah dan bundanya bermukim di kota Tulungagung. Beliau juga merupakan teman dari Bung keunikan antara persahabatan kedua tokoh ini, mereka sama-sama lahir 1901 dan meninggal pada tahun 1970-an. Pada usia 13 tahun, Kyai Mustaqim dimasukkan di pesantren oleh orang tuanya keseorang ulama yang bernama Kyai Zarkasyi di desa Kauman, kota Tulungagung. Kyai Zarkasyi adalah salah satu ulama Tulungagung yang pernah beberapa kali dikunjungi Hasyim Asy ’ari dan ulama-ulama Tulungagung lainnya, seperti Raden Patah, Mangunsari, dan Kyai Qomarudin Kauman. Dari Kyai Zarkasyi itulah Kyai Mustaqim mendapatkan pelajaran berbagai ilmu-ilmu syariat, seperti ilmi-ilmu tentang fiqih, al- Qur’an, dan hadits. Di usia yang masih sangat belia itu pula Kyai mendapatkan karunia yang luar biasa dari Allah yaitu berupa dzikir sirri . Hati beliau selalu melafalkan kata “ Allah ” terus menerus tiada henti setiap waktu secara tidak disadari. Bahkan beliau pernah mencoba untuk menghentikan dzikir itu tetapi gagal. Dzikir ini menghindari diri dari sifat- sifat madzmumah , seperti iri, dengki, ujub , riya’, takabur, dan lain sebagainya. Di Jawa Timur, banyak pondok pesantren yang mengajarkan fiqih, sedangkan di Jawa, Barat banyak pondok pesantren yang mengajarkan tentang kesaktian. Seorang ulama merasa tidak sempurna jika tidak menguasai kedua ilmu tersebut sehingga ulama Jawa Timur belajar di pondok pesantren Jawa Barat dan Mustaqim juga mempelajari ilmu kesaktian tersebut. Kyai Mustaqim menikah dengan Halimatus Sa’diyah putri dari H. Rois. Setelah menikah, Kyai Mustaqim berdakwah dengan cara mengajarkan dzikir sirri melalui jurus-jurus silat dari Kyai Chudlori. Rumah istrinya tersebut yang menjadi cikal bakal pondok PETA yang merupakan pusat penyebaran tarekat Syadziliyah di Tulungagung. Jadi dapat dikatakan sejak tahun 1925 pondok PETA mulai didirikan. Saat itu Syekh Mustaqim men dapat gelar “pendekar Mustaqim”. Pada saat itu juga, beliau juga mengajarkan hizib autad atau hizib kahfi .Ilmu beladiri tersebut diajarkan bukan untuk berperang, tetapi untuk melawan hawa nafsu. Pada tahun 1945, beliau kedatangan seorang tamu agung dari pondok Termas, kabupaten Pacitan. Beliau bernama Kyai Abdur Rozaq bin Abdillah at Turmusy adik dari Syekh Hafidz Mahfudzb at Turmusy dan KH Dimyathi at Abdur Rozaq sendiri di daerah Pacitan dan sekitarnya lebih dikenal dengan panggilan Den kedatangan Kyai Abdur Rozaq ini bermula dengan adanya kunjungan salah satu murid Syekh Mustaqim yang bernama Asfaham ke pondok pesantren ke pondok pesantren Termas itu, Asfaham mengalami peristiwa yang dinamakan jadzab . Melihat itu, Kyai Abdur Rozaq begitu kagum dengan anak muda yang bernama Asfaham. Setelah kembali sadar dan pulih seperti sediakala, kemudian Asfaham ditanya oleh Kyai Abdur Rozaq tentang siapakah gurunya dan dibelajari apa saja oleh gurunya. Dijawab oleh Asfaham bahwa gurunya adalah Kyai Mustaqim dan dia di belajari dan diijazahi hizib kahfi . Hal itulah yang menjadikan Kyai Abdur Rozaq tertarik untuk berkunjung dan berguru kepada Kyai hari kemudian, Kyai Abdur Rozaq pergi ke Tulungagung dengan mengendarai kuda. Setelah sampai dihadapan Kyai Mustaqim, Kyai Abdur Rozaq kemudian memperkenalkana diri dan mengemukakan tujuan beliau datang kepada Kyai Mustaqim, yaitu untuk berguru. Mendengar perkataan Kyai Abdur Rozaq, Kyai Mustaqim mengatakan, “ nyuwun pangapunten Kyai, sebenarnya saya sudah lama mendengar nama besar panjenengan di Termas sana. Namun hari ini saya merasa kedahuluan. Oleh karena itu, saya mohon agar panjenengan berkenan untuk menerima saya sebagai murid panjenengan .” Kyai Abdur Rozaq menjawab, “ mboten Kyai, saya jauh-jauh datang ke sini adalah dengan satu tujuan yaitu untuk menimba ilmu dari panjenengan . ” Kyai Mustaqim tetap kepada pendiriannya yaitu agar Kyai Abdur Rozaq bersedia menerima beliau sebagai murid Kyai Abdur Rozaq. Cukup lama keduanya berdebat agar masing-masing menjadi murid. Akhirnya keduanya salig diam, dengan suara lembut dan kata-kata bijaksana Kyai Mustaqim berkata, “ya sudah kalau begitu kyai, sebagai penghormatan saya kepada seorang tamu, maka saya mengalah untuk menuruti keinginan panjenengan .” Kemudian Kyai Mustaqim memberikan ijazah wirid kepada Kyai Abdur Rozaq. Ada yang mengatakan bahwa wirid yang diijazahkan itu adalah hizib kahfi , tetapi ada pula yang mengatakan Bismillahilladzi laa yadhurrudan al Ghoniyyul Maani’u. Setelah Kyai Mustaqim mengajarkan Kyai Abdur Rozaq, kemudian Kyai Mustaqim menagih janji agar Kyai Abdur Rozaq bergantian menjadi guru bagi dirinya. Kemudian Kyai Abdur Rozaq besedia menjadi guru bagi Kyai Mustaqim. Kyai Abdur Rozaq meminta Kyai Mustaqim untuk memilih amalan dalam buku yang beliau bawa. Kemudian Kyai Mustaqim membuka halaman buku yang tepat berisi tarekat Syadziliyah. Kyai Abdur Rozaq kemudian mengajarkan amalan tarekat tersebut dan kemudian berpesan “Kyai tolong ini sampean amalkan disini karena tarekat ini akan berkembang disini.” Mulai dari situ tarekat Syadziliyah ini berkembang di Tulungagung. Kyai Mustaqim yang sebelumnya juga belajar tarekat Qadiriyah dan tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah juga tidak meninggalkan kedua tarekat sebelumnya itu. Sehingga di pondok PETA beliau mengajarkan tiga tarekat tersebut, meskipun tarekat Syadziliyah lebih diprioritaskan. 2 2 Di peroleh dari arsip pondok PETA yang berupa laporan Kuliah Kerja Lapangan Islamologi tentang “Tarekat Syadziliyah di Pesulukan Thoriqot Agung PETA” Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Arab Universitas Indonesia tahun 2013, hal. 13-16. 3. Perkembangan tarekat Syadziliyah di Tulungagung
Tarekat dalam khazanah Islam merupakan cara seseorang dalam bersuluk untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagai kebutuhan spiritual, tarekat banyak diminati di kalangan umat Islam, dengan tujuan untuk dapat memperbaiki diri, baik secara dzahir maupun batin. Diketahui bahwa di Indonesia, ada banyak tarekat yang berkembang dengan pengikutnya yang tersebar dimana-mana, diantaranya yakni tarekat Qadiriyah, tarekat Naqsabandiyah, tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, tarekat Syattariyah, tarekat Idrisiyah, tarekat Alawiyyah, tarekat Khalwatiyah, tarekat Rifa’iyah, tarekat Sammaniyah, dan tarekat Syadziliyah. Yang terakhir disebutkan, yakni tarekat Syadziliah adalah salah satu tarekat yang berkembang di Indonesia khususnya bagian jawa dan juga cukup berkembang di bagian Sulawesi hingga ke wilayah Sulawesi Tenggara. Tarekat Syadziliyah ini merupakan tarekat yang dipelopori oleh Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya’ bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW. Nama kecil Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili. Abu Hasan lahir di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H 1197 M. Ia menghapal al-Quran dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut. Secara pribadi Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Syaikh Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib. Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari atau nama lengkapnya Syaikh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari adalah orang yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khasanah tarekat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibnu Atha’illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tarekat Syadziliyah, pokok-pokok serta prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya. Melalui sirkulasi karya-karya Ibnu Atha’illah, tarekat Syadziliyah ini mulai tersebar hingga ke berbagai negara. Sebagaimana tarekat mukthabarah lainnya, tarekat Syadziliyah juga bersumber langsung dari Rabb Allah Jalla Jalaaluh. Ajaran tarekat, atau jalan, atau cara, atau metode menuju kepada Allah SWT tersebut lalu disampaikan melalui malaikat Jibril Alaihissalam kepada Nabiyyuna Rasulullah SAW dan oleh Rasulullah diajarkan kepada para sahabat. Dari sahabat-sahabat Rasulullah kemudian diajarkan kepada para muridnya. Lalu, oleh muridnya itu kemudian diajarkan kepada muridnya pula. Demikian seterusnya, turun-temurun sampai akhirnya kepada Syaikh Abdus Salam bin Masyisy. Selanjutnya, oleh Syaikh Abdus Salam, ajaran tersebut kemudian diajarkan kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Setelah ajaran ini diterima oleh Syaikh Abul Hasan, lalu oleh beliau, selang beberapa tahun kemudian, ajaran ini dikembangkan dan disebarluaskan kepada masyarakat umum berikut dengan ajaran-ajaran tasawufnya. Oleh karena itu, di kemudian hari murid-murid beliau mengaitkan ajaran tarekat tersebut dengan nama beliau dengan sebutan tarekat Syadziliyah. Dan dengan penyebaran ajaran tarekat Syadziliyah yang begitu berkembang pesatnya ini sehingga dari jalur murid Syaikh Abul Hasan yakni Syaikh Abul Fathi al Maidumi inilah tarekat Syadziliyah masuk dan berkembang hingga di Indonesia. Sementara untuk di wilayah Sulawesi Tenggara, tarekat Syadziliyah ini dikembangkan oleh seorang tokoh mursyid muda, Kiai Nurkholis, bin Hudori, yang bermukim di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Ia telah mulai membai’at sejak tahun 2012. Mursyid muda yang juga merupakan Ketua Umum Forum Kiai Sulawesi Tenggara ini banyak didatangi oleh orang-orang yang ingin berguru kepadanya sebagai murid tarekatnya. Murid-muridnya saat ini terdiri dari muslim dan muslimah yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi, Kalimantan dan Jawa. Yang berguru kepadanya bukan saja orang-orang dari kalangan biasa, namun ada pula dari kalangan para tokoh baik kiai, ustadz, maupun pimpinan pondok pesantren dan juga orang-orang yang berpendidikan formal dari kalangan cendikiawan, guru maupun dosen. Bahkan salah satu muridnya yang sekaligus dibai’at sebagai mursyid adalah Kiai Al Habib Mas Ahmad Gholib Basyaiban bin Kiai Al Habib Mas Ahmad Zahid Basyaiban, yang merupakan salah satu cicit dari Baginda Nabi Muhammad SAW. Yang sekarang menjadi Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Kota Surabaya. Kiai Nurkholis yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua LBMNU Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Sulawesi Tenggara ini selalu tetap istiqamah dalam memimpin para murid tarekat walaupun disamping kesibukannya sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Al Mincis Kolaka sebuah pondok pesantren yang dijuluki sebagai pondok pesantren Jawa Timurnya Sulawesi Tenggara. Ia juga merupakan seorang kiai serta da’i yang memberikan bimbingan dan pencerahannya kepada warga sekitar pondok dan juga warga luar. Kiai Nurkholis bin Hudori ini adalah alumni dari Pondok Pesantren Salafiyah Patok Bengkung Jawa Barat. Juga alumni Pondok Pesantren Nurul Iman Randu Kuning Jawa Barat, alumni Pondok Pesantren Al Atiq Jawa Tengah dan alumni Pondok Pesantren Al Ikhlas Jawa Tengah. Kiai Nurkholis mendapat bai’at dan kemursyidan saat sudah memimpin pondok pesantren dari gurunya KH. Mushlihuddin Zuhri Pimpinan Pondok Pesantren Al Ikhlas Jawa Tengah. Dari masa mondok, ia sudah dipanggil kiai oleh guru smp-nya di Jawa dan oleh para masyarakat saat sedang berkunjung ke rumah kakek-neneknya serta diberikan gelar kiai muda oleh para tokoh kiai, ustadz, cendikiawan dan dosen. Berikut Silsilah Sanad Guru Mursyid Tarekat Syadziliyyah Indonesiadari Guru Mursyid Syaikh Nurkholis bin Hudori Kolaka Ketua Umum Forum Kiai Sulawesi Tenggara. Allah Jalla Jalaaluh – Jibril Alaihis Salaam – Nabiyyuna Muhammad Shallallaahu alaihiwa-sallam Sayyidina Ali bin Abi ThalibSayyid Hasan bin Ali wa bin Fathimah az-ZahraSayyid Abu Muhammad Jabir bin AbdullahSayyid Abu Utsman wa Abu Muhammad Sa’id al-GhazwaniSayyid Abu Muhammad Fathus Su’udiSayyid Sa’adSayyid Abu Muhammad Sa’id ash-ShafiSayyid Abil Qasim Ahmad al-MarwaniSayyid Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad bin Isma’il al-KhawwashiSayyid Zainuddin Muhammad al-QazwiniSayyid Syamsuddin Muhammad at-TurkimaniSayyid Tajuddin Muhammad at-TurkimaniSayyid Abul Hasan Nuruddin AliSayyid FakhruddinSayyid Taqiyyuddin al-Fuqairi ash-ShufiSayyid Abdurrahman al-Hasani al-MadaniSayyid Abdussalam bin MasyisySulthanul Auliya Sayyid Syaikh Abul Hasan Ali Asy-SyadziliSayyid Abul Abbas Al-MursiSayyid Abul Fathi Shadruddin Muhammad bin Muhammad al-MaidumiSayyid Taqiyyuddin al-WasithiSayyid al Hafidzh Ahmad bin Ali al-QalqasyandiSayyid Nur Al QarafiSayyid Abul Irsyad Ali bin Muhammad bin Abdurahman al-AjhuriSayyid Muhammad bin Abdul Baqi bin Yusuf az-ZurqaniSayyid Muhammad bin al-Qasim as-Sakandari Ash-ShabbaghiSayyid Yusuf adh-Dhariri asy-SyaibaniSayyid Muhammad al-BahitiSayyid Ahmad Minatullah al-Maliki al-Azhuri al-MakkiSayyid Ali bin Thahir al-MadaniSyaikh Muhammad Shalih Muftil Anam Al-HanafiSyaikh Idris ZamakhsyariSyaikh Abdul Mu’idSyaikh Abu HamidSyaikh Hasbullah Jawil WusthaSyaikh Nur Hakim Jawil WusthaSyaikh Mushlihuddin Zuhri Jawil WusthaSyaikh Nurkholis bin Hudori Kolaka Sumber Nyai 1, Siti Fatimah, Agus 17061
1. Tarekat syadzili dinisbatkan pada nama sufi besar, yaitu Abu Hasan As-Syadzili. Nama lengkapnya adalah Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ibn Abdullah Ibn Abdul Jabbar As-Syadzili. Silsilah dari keturunannya sangat mempunyai hubungan dengan orang-orang garis keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian berarti juga keturunan Siti Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Al-Syadzili sendiri pernah menuliskan silsilah keturunannya sebagai berikut Ali bin Abdullah bin Abd. Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Batthal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
silsilah tarekat syadziliyah tulungagung