Adadoa khusus Nabi Khidir yang diturunkan kepada Mbah Dalhar Gunung Pring. Doa sangat dahsyat untuk rizki lancar dan berkah. Menurutorang yang pernah menerima Ijazah ini doa, doa ini adalah Ijazah langsung dari Kanjheng Nabi Khidir AS ke Mbah Dalhar Watuncongol Magelang, demikian dawuh KH Chalwani. Demikian pula Syeikh Mahmud Plumbon Cirebon juga memberi kesaksian jika KH Dalhar Watucongol pernah menerima doa ijazah demikian dari Kanjeng Nabi Khidir as. Dalharmenyuruh pembantunya memberi tahu bahwa tamunya semalam adalah Nabi Khidir. Setelah mendapatkan jawaban itu, barulah ia mau beranjak dari tempat duduknya. Menurut keterangan Nyai Dalhar, dari sekian banyak santri KH. Dalhar, hanya Gus Miek yang berani dan diizinkan masuk ke kamar KH. Dalhar. Meskipunmakam Mbah Dalhar berada di komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), namun pengelolaan makam Mbah Dalhar dikelola oleh pihak Watu Congol. Pelajaran dari Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir . 16/12/2019. Aqidah. Pandangan Ibnu Taimiyah Tentang 'Allah Duduk Diatas Arsy' yang Ditolak Para Ulama . 30/07/2020. . Keberadaan Nabi Khidir hingga saat ini bukanlah mitos. Sebab sejumlah ulama pernah bertemu dengan kekasih Allah SWT tersebut. Ulama Indonesia yang pernah bertemu adalah Kiai Maimun Zubair atau Mbah Maimun dan Syaikhona Bangkalan atau Mbah Kholil Banglalan. Baca Juga Mengenal Sosok Al Idrisi, Ilmuan Geografi Termasyhur Abad Pertengahan Bahkan saat berkunjung ke Mbah Kholil Kholil Bangkalan, Nabi Khidir sempat menyeruput kopi milik Mbah Kholil Bangkalan. Selain dua ulama itu, Nabi Khidir juga menemui salah seorang ulama di Indonesia sampai-sampai sandalnya tertinggal. Gus Miek menjadi saksi bahwa Nabi Khidir kerap mengunjungi ulama di Indonesia. Saat Gus Miek menjadi santri Kyai Dalhar Watucongol, ia mempunyai kebiasaan untuk membersihkan sandal gurunya. Baca Juga Keramat Walisongo, Sunan Kalijaga Mengutuk para Santrinya yang Munafik dan Nakal Menjadi Kera Ekor Panjang Suatu saat Gus Miek kaget di depan kamar Kiai Dalhar terdapat dua pasang sandal yang sama persis termasuk ukurannya. Di tengah kebingungannya, Gus Miek akhirnya mengambil keputusan untuk membersihkan kedua pasang sandal tersebut. Foto Istimewa - Mbah Dalhar yang bernama lengkap KH. Nahrowi Dalhar, Watucongol dikenal sebagai ulama yang mumpuni. Belum lama ini sosok Kiai Ahmad Abdul Haq meninggal dunia. Kiai kharismatik ini adalah putra dari kiai Dalhar yang juga dikenal sebagai salah satu wali Allah yang masyhur di tanah Jawa. Mbah Dalhar begitu panggilan akrabnya adalah mursyid tarekat Syadziliyah dan dikenal sebagai seorang yang wara’ dan menjadi teladan masyarakat. Beliau dikenal sebagai salah satu guru para ulama. Kharisma dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan umat Islam untuk menimba ilmu. Mbah Dalhar , begitu panggilan akrabnya adalah sosok yang disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa Tengah. Salah satu mursyid tarekat Syadziliyah ini dikenal juga menelorkan banyak ulama yang mumpuni. Nasabnya Mbah Dalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Syawal 1798 12 Januari 1870 M di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kiai Abdurrauf. Kekeknya mbah Dalhar dikenal sebagai salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro. Adapun nasab Kiai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Oleh karenanya sebagai keturunan raja, Kiai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain dengan sebutan Raden Bagus Kemuning. Masa Kanak-kanak Semasa kanak–kanak, Mbah Dalhar belajar Al-Qur’an dan beberapa dasar ilmu keagamaan pada ayahnya sendiri. Pada usia 13 tahun baru mondok di pesantren. Ia dititipkan oleh ayahnya pada Mbah Kiai Mad Ushul begitu sebutan masyhurnya di Dukuh Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di bawah bimbingan Mbah Mad Ushul , ia belajar ilmu tauhid selama kurang lebih 2 tahun. Kemudian tercatat juga mondok di Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu, Kebumen pada umur 15 tahun. Pesantren ini dipimpin oleh Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani atau yang ma’ruf dengan laqobnya Syeikh Abdul Kahfi Ats-Tsani. Selama delapan tahun mbah Kiai Dalhar belajar di pesantren ini. Selama itulah Mbah Dalhar berkhidmah di ndalem pengasuh. Hal itu terjadi atas dasar permintaan ayahnya kepada Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani. Jalan Kaki dan Pemberian Nama Tidak hanya di daerah sekitar Mbah Dalhar menimba ilmu. Di Makkah Mukaramah beliau berguru kepada beberapa alim ulama yang masyhur. Perjalalannya ke tanah suci untuk menuntut ilmu terjadi pada tahun 1314 H/1896 M. Mbah Kiai Dalhar diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani untuk menemani putera laki – laki tertuanya Sayid Abdurrahman Al-Jilani Al-Hasani untuk menuntut ilmu di Mekkah. Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani berkeinginan menyerahkan pendidikan puteranya kepada shahib beliau yang menjadi mufti syafi’iyyah Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Keduanya berangkat ke Makkah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Tanjung Mas,Semarang. Ada sebuah kisah menarik tentang perjalanan keduanya. Selama perjalanan dari Kebumen dan singgah di Muntilan, kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayid Abdurrahman. Hal ini dikarenakan sikap takdzimnya kepada sang guru. Padahal Sayid Abdurrahman telah mempersilahkan mbah Kiai Dalhar agar naik kuda bersama. Di Makkah waktu itu masih bernama Hijaz, mbah Kiai Dalhar dan Sayid Abdurrahman tinggal di rubath asrama tempat para santri tinggal Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani yaitu didaerah Misfalah. Sayid Abdurrahman dalam rihlah ini hanya sempat belajar pada Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani selama 3 bulan, karena beliau diminta oleh gurunya dan para ulama Hijaz untuk memimpin kaum muslimin mempertahankan Makkah dan Madinah dari serangan sekutu. Sementara itu mbah Kiai Dalhar diuntungkan dengan dapat belajar ditanah suci tersebut hingga mencapai waktu 25 tahun. Syeikh As_Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani inilah yang kemudian memberi nama “Dalhar” pada mbah Kiai Dalhar. Hingga ahirnya beliau memakai nama Nahrowi Dalhar. Dimana nama Nahrowi adalah nama asli beliau. Dan Dalhar adalah nama yang diberikan untuk beliau oleh Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Rupanya atas kehendak Allah Swt, mbah Kiai Nahrowi Dalhar dibelakang waktu lebih masyhur namanya dengan nama pemberian sang guru yaitu Mbah Kiai “Dalhar”. Ketika berada di Hijaz inilah mbah Kiai Dalhar memperoleh ijazah kemursyidan Thariqah As-Syadziliyyah dari Syeikh Muhtarom Al-Makki dan ijazah aurad Dalailil Khoerat dari Sayid Muhammad Amin Al-Madani. Dimana kedua amaliyah ini dibelakang waktu menjadi bagian amaliah rutin yang memasyhurkan. Mbah Kiai Dalhar adalah seorang ulama yang senang melakukan riyadhah. Sehingga pantas saja jika menurut riwayat shahih yang berasal dari para ulama ahli hakikat sahabat – sahabatnya, beliau adalah orang yang amat akrab dengan nabiyullah Khidhr as. Sampai–sampai ada putera beliau yang diberi nama Khidr karena tafaullan dengan nabiyullah tersebut. Sayang putera beliau ini yang cukup alim walau masih amat muda dikehendaki kembali oleh Allah Swt ketika usianya belum menginjak dewasa. Selama di tanah suci, mbah Kiai Dalhar pernah melakukan khalwat selama 3 tahun disuatu goa yang teramat sempit tempatnya. Dan selama itu pula beliau melakukan puasa dengan berbuka hanya memakan 3 buah biji kurma saja serta meminum seteguk air zamzam secukupnya. Dari bagian riyadhahnya, beliau juga pernah melakukan riyadhah khusus untuk mendoakan para keturunan beliau serta para santri – santrinya. Dalam hal adab selama ditanah suci, mbah Kiai Dalhar tidak pernah buang air kecil ataupun air besar di tanah Haram. Ketika merasa perlu untuk qadhil hajat, beliau lari keluar tanah Haram. Selain mengamalkan dzikir jahr ala thariqatis syadziliyyah, mbah Kiai Dalhar juga senang melakukan dzikir sirr. Ketika sudah tagharruq dengan dzikir sirrnya ini, mbah Kiai Dalhar dapat mencapai 3 hari 3 malam tak dapat diganggu oleh siapapun. Dalam hal thariqah As-Syadziliyyah ini menurut kakek penulis KH Ahmad Abdul Haq, beliau mbah Kiai Dalhar menurunkan ijazah kemursyidan hanya kepada 3 orang. Yaitu, Kiai Iskandar, Salatiga ; KH Dimyathi, Banten ; dan kakek penulis sendiri yaitu KH Ahmad Abdul Haq. Sahrallayal meninggalkan tidur malam adalah juga bagian dari riyadhah mbah Kiai Dalhar. Sampai dengan sekarang, meninggalkan tidur malam ini menjadi bagian adat kebiasaan yang berlaku bagi para putera – putera di Watucongol. Murid dan Karya – karyanya Karya mbah Kiai Dalhar yang sementara ini dikenal dan telah beredar secara umum adalah Kitab Tanwirul Ma’ani. Sebuah karya tulis berbahasa Arab tentang manaqib Syeikh As-Sayid Abil Hasan Ali bin Abdillah bin Abdil Jabbar As-Syadzili Al-Hasani, imam thariqah As-Syadziliyyah. Selain daripada itu sementara ini masih dalam penelitian. Karena salah sebuah karya tulis tentang sharaf yang sempat diduga sebagai karya beliau setelah ditashih kepada KH Ahmad Abdul Haq ternyata yang benar adalah kitab sharaf susunan Syeikh As-Sayid Mahfudz bin Abdurrahman Somalangu. Karena beliau pernah mengajar di Watucongol, setelah menyusun kitab tersebut di Termas. Dimana pada saat tersebut belum muncul tashrifan ala Jombang. Banyak sekali tokoh–tokoh ulama terkenal negara ini yang sempat berguru kepada beliau semenjak sekitar tahun 1920 – 1959. Diantaranya adalah KH Mahrus Lirboyo; KH Dimyati Banten; KH Marzuki Giriloyo dan lain sebagainya. Sesudah mengalami sakit selama kurang lebih 3 tahun, Mbah Kiai Dalhar wafat pada hari Rabu Pon, 29 Ramadhan 1890 1378 H atau bertepatan dengan 8 April 1959 M. Ada yang meriwayatkan jika beliau wafat pada 23 Ramadhan 1959. Akan tetapi 23 Ramadhan 1959 bukanlah hari Rabu namun jatuh hari Kamis Pahing. [ Source Waktu menunjukkan jam dua belas tengah malam, pada saat itu sedang duduk-duduk beberapa santri. Tiba-tiba datang seorang tamu berbaju hitam dalam keadaan basah kuyup. Tangannya mencangking jala yang di dalamnya berisi ikan. Tamu ini maksa bertemu Kiai Moh Hasan, pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Dalam keadaan terpaksa maka di antarlah tamu itu langsung menuju kekediaman sang Kiai. Dan singkat cerita, ikan bawaan tamu itu langsung di suruh goreng oleh Kiai Moh. Hasan untuk dimakan bersama-sama dengan tamunya. Pada keesokan harinya sehabis sholat shubuh. Kiai Moh. Hasan memberi tahu kepada santri-santrinya yang berjama’ah di masjid; “tadi malam saya kedatangan….. Nabi Khidir!” Subhanallah. Baca Juga Waliyullah Genggong Buka Rahasia Cahaya Kewalian Kiai Hamid Pasuruan Tujuh, Kiai Dalhar Watucongol Akrab dengan Nabi Khidir. Saat itu Gus Miek masih nyantri kepada Mbah Dalhar Watucongol Magelang. Gus Miek biasa menata sandal Mbah Dalhar. Gus Miek tahu bahwa di dalam kamar, Mbah Dalhar sedang akrab bersama tamunya, karena ada sandal di luar yang diamati Gus Miek. Mbah Dalhar dan tamunya terdengar sangat akrab. Gus Miek terlena, tak melihat dalam sekejap, ternyata sandal tamu sudah gak ada. Akhirnya Gus Miek bertanya tentang tamu itu kepada gurunya. "Nabi Khidir sampai sekarang masih hidup. Bisa bahasa apa saja yang ada di dunia," kata Kyai Chalwani. Baca Juga Gus Miek Bertemu Pengemis Misterius, Ternyata Itu yang Dicari Kyai Mahrus Aly Lirboyo Lebih lanjut ditegaskan, Syekh Mahmud Plumbon Cirebon nyusun kitab yang menerangkan kiai-kiai di Jawa yang sering bertemu Nabi Khidir. "Diantaranya disebutkan di situ ada Mbah Dalhar Watucongol Magelang, Kiai Mustajab Gedong Prambon Nganjuk, dan masih banyak lagi," kata Kyai Chalwani. Makna Doa Bahasa Jawa Mbah Dalhar Dalam mengamalkan doa Mbah Dalhar, yang penting yakin saja. Adapun kalau mau dimaknai, yang unik adalah kata ubat-ubet, itu khas bahasa Jawa. Makna ubat-ubet itu melakukan sesuatu. Simak satu per satu berikut ini. Pertama Allahumma ubat-ubet, biso nyandang biso ngliwet. Artinya Ya Allah, melakukan sesuatu, bisa tercukupi sandang dan pangan. Kedua, Allahumma ubat-ubet, mugo-mugo pinaringan slamet. Karna kebanyakan pengamalnya adalah dari kalangan masyarakat jawa. Baca Juga Doa Cepat Naik Haji, Ijazah Doa dari Kiai Sahal Wasilah Syekh Mutamakkin Kajen ijazah itu adalah, Allahuma ubat-ubet,biso nyandang biso ngliwet. Allahuma ubat-ubet mugo-mugo pinaringan slamet. Allahuma kitra-kitri sugeh bebek sugeh meri. Allahuma kitra-kitri sugeh sapi sugeh pari. Dan masih banyak lagi cerita-cerita tentang kesaktian dan karomah- karomahnya, sampai sekarang makam beliau ramai di kunjungi orang magelang dan dari berbagai penjurui indonesia. Baca Juga Kisah Mbah Dalhar Watucongol Ngaji Sohih Bukhori Langsung Kepada Imam Bukhori Mbah Dalhar di makamkan di Karaharjan, Gunungpring, Kec. Muntilan, Kabupaten Magelang, bersama makam-makam auliya Gunungpring lainnya.

mbah dalhar dan nabi khidir